Kamis, 21 Maret 2013

TIGA HAL YANG TIDAK BOLEH TERKENA NAJIS


Suci adalah syarat mutlaq dalam beribadah. Karena ibadah merupakan media komunikasi seorang hamba dengan Allah swt yang Maha Suci. Bukankah Yang Suci senang sekali dengan yang suci juga? Oleh karena itu Rasulullah saw memeritnahkan untuk segera membersihkan tiga hal di bawah ini dari najis.
Pertama adalah badan. Badan atau jasad seorang tidak boleh berlama-lama terkena najis. Karena hal ini bisa merusak kesehatan sekaligus mengundang penyakit. Dan yang lebih penting lagi, najis di badan akan menghalangi seseorang mendekati Yang Maha Suci. Begitulah anjuran Rasulullah saw untuk menghindari najis dan menghilangkannya secapat mungkin dari badan.

أنه أمر بغسل الذى من البدن وغسل النجاسات من المخرجين

Sesungguhnya Rasulullah saw. memerintah untuk membersihkan badan dan najis yang keluar dari dua jalan itu (qubul dan dubur)

Kedua adalah pakaian. Pakaian menjadi hal terpenting setelah badan untuk dihindarkan dari najis. Mengingat pakaian yang najis tidak dapat digunakan untuk beribadah dan juga akan mengurangi aura pemakainya. Bayangkankan saja jika jas atau kemeja kita terkena kotoran cicak, bukankah baunya juga tak sedap?

Pentingnya kebersihan pakaian ini disampaikan hingga Allah swt memerintahkan langsung kepada Rasulullah saw dalam wahyu yang keduaوثيابك فطهر “dan bersihkanlah pakaianmu”. Wajar saja karena sebagai agama yang baru saat itu, Islam harus hadir dengan karakter baru yang membedakan diri dari tradisi bangsa Arab selama itu. hal ini dapat diartikan bahwa Islam juga memperhatikan penampilan sebagai sesuatu modal ber’muasyarah dengan komunitas lain.

Begitu pula yang diajarkan Rasulullah saw kepada umatnya. Dalam sebuah hadits dengan jelas Rasulullah memerintahkan Siti Aisyah untuk mengerok /membersihkan kainnya dari darah haidh dan juga menyiram pakaian yang terkena kencing bayi.

Hal ketiga yang harus segera dibersihkan ketika terkena najis adalah tempat shalat khususnya Masjid. Masjid secara bahasa merupakan tempat bersujud. Ruang mulia pertemuan hamba dengan Tuhannya. Oleh karena itu masjid harus senantiasa suci. Apalagi jika menghitung bahwa masjid adalah simbol kebesaran umat Islam, maka masjid harus selalu tampil suci dan meyakinkan.

Dalam sebuah hadits diceritakan bahwa Rasulullah saw pernah memerintahkan sahabat untuk segera menyiram masjid sudah terlanjur terkena kencing orang badui. Dengan kata lain masjid tidak boleh terkesan jorok bahkan boleh ada bau pesing di sekitar masjid.

Demikianlah tiga hal yang harus dijaga dari najis sebagaimana diutarakan oleh Ibnu Rusyd dalam Bidayatul Mujtahid.

RAHASIA BISMILLAH


Biasanya, segala macam laku rutinitas dikerjakan tanpa pikirpanjang. Misalkan mandi, makan, minum, bersepatu, memakai baju membuka laptop, ketik sms dan lainsebagainya. Rutinitas itu seolah menutupi subtansi pekerjaan itu sendiri.
Hampir-hampir orang tidak sadar untuk apa ia minum, padahal dia tidak terlalu haus. Bahkan bisa jadi seseorang minum begitu saja tanpa berpikir bagaimana jikalau tenggorokan ini mengalami kemacetan, tidak mau menelan air. Begitu pula dengan bersepatu, asalkan kaki masuk kemudian jalan. Jarang sekali orang berpikir bagaimana nasib kaki jika di dalam sepatu ada kalajengking? Begitulah segalanya terjadi berulang kali dalam kehidupan ini seperti layaknya mesin pabrikan.

Belum lagi jika rutinitas itu adalah berbelanja yang telah menjadi kelatahan, sehingga begitu seringnya seseorang tidak pernah berpikir panjang untuk apa ia membeli A atau B. Asalkan ia suka, barang itu harus dibelinya. Walaupun ia telah memiliki.

Demikian itu seharusnya tidaklah boleh terjadi berlarut-larut. Bagi seorang muslim yang sadar dan beriman kepada Allah swt, hendaknya hati selalu ingat kepada-Nya dalam berbagai tindak-laku keseharian. Karena hidup ini hanya bergantung kepada-Nya. Bukankah jika Dia berkehendak, bisa saja udara di dunia ini dikosongkan untuk beberapa menit saja. Bayangkan apa yang terjadi dengan nasib manusia?

Untuk itulah Rasulullah saw menghimabu umatnya untuk memulai segala sesuatu dengan bacaan bismillah. Karena sesungguhynya hal itu dapat menyadarkan manusia dari tindakan rutinitasnya dan kembali berpikir dengan penuh kesadaran.

كل أمر ذي بال لا يُبدأ فيه ببسم الله الرحمن الرحيم فهو أقطع

Setiap perkara baik yang tidak didahului dengan bismillahirrahmanirrahim, perkara itu terpotong (percuma atau tidak dianggap ibadah)

Dari keterangan Rasulullah saw di atas, maka secara otomatis bacaan bismillah dapat menggeser posisi tindakan rutinitas menjadi sebuah laku ibadah yang penuh makna. Sebagaimana kita menjalankan berbagai syariatnya.

Bahkan tidak hanya itu saja, jiakalau kita mau mendalami beberapa hadits lain bisa jadi laku rutinitas yang telah bergeser menjadi laku ibadah karena didahului dengan bismillah berubah menjadi sumber kebajikan dan kebijakan.

مامن عبد يقول بسم الله الرحمن الرحيم إلا أمر الله تعالى الكرام الكاتبين أن يكتبوا فى ديوانه أربعمائة حسنة

Tidaklah seorang yang membaca bismillahirrahmanirrahim kecuali Allah akan utus kepadanya seorang (malaikat pencatat) menuliskan 400 kebaikan untuknya.

Jikalau sudah demikian, maka apa yang keluar dari seorang yang membaca bismillah tidak lain hanyalah berbagai kebaikan yang sekaligus menganulir berbagai tindak keburukan. Bahkan dalam salah satu haditsnya dengan tegas Rasulullah saw berkata

مامن عبد يقول بسم الله الرحمن الرحيم إلا ذاب الشيطان كما يذوب الرصاص على النار

 Tidaklah seorang hamba membaca bismillahirrahmanirrahim kecuali ia  akan mematri setan-setan seperti halnya tenol yang terpatri oleh soldir.

Itulah beberapa alasan pentingnya mengucap bismillah. Sebagaimana Rasulullah saw menggambarkan posisi bismillah dalam rentetan keistimewaan yang lain, Rasulullah saw berkata “Allah menghiasi langit dengn bintang-gemintang, menghiasi malaikat dengan jibril, menghiasi surge dengan bidadari, menghiasi para nabi dengan Muhammad saw, menghiasi hari dengan Jum’at, menghiasi malam dengan laylatul qadar, menghiasi bulan dengan Ramadhan, menghiasi masjid dengan ka’bah, menghisi mushaf dengan al-Qur’an, dan menghiasi al-qur’an dengan bismillah”.

Kamis, 07 Maret 2013

Tangisan Imam Hanafi Berjumpa Anak Kecil


Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit, atau populer disebut Imam Hanafi, pernah berpapasan dengan seorang anak kecil yang tampak berjalan mengenakan sepatu kayu.

”Hati-hati, Nak, dengan sepatu kayumu itu. Jangan sampai kau tergelincir,” sang imam menasehati.

Bocah miskin ini pun tersenyum, menyambut perhatian pendiri mazhab Hanafi ini dengan ucapan terima kasih.

”Bolehkah saya tahu namamu, Tuan?” tanya si bocah.

”Nu’man.”

”Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelar al-imam al-a‘dham (imam agung) itu?”

”Bukan aku yang menyematkan gelar itu. Masyarakatlah yang berprasangka baik dan menyematkan gelar itu kepadaku.”

"Wahai Imam, hati-hati dengan gelarmu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka gara-gara dia. Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskanmu ke kubangan api yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya.”

Ulama kaliber yang diikuti banyak umat Islam itu pun tersungkur menangis. Imam Hanafi bersyukur. Siapa sangka, peringatan datang dari lidah seorang bocah.